Mirwaners, awalnya saya gak nyagka kalau saya itu bisa pergi ke Aceh. Sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di ujung utara pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia yang ibu kotanya adalah Banda Aceh.
Hari selasa 15/3 kemaren, dengan tidak sabarnya saya dari rumah di Panam menuju bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Dikarenakan gak ada teman dan junior yang bisa ngantar saya ke bandara, karena sibuk dengan jadwal kuliah masing-masing, jadi saya naik taksi aja ke bandaranya. Tariff Rp. 73.500,-
Sampai bandara langsung check-in. Naik Citilink. Sekitar 4 jam kemudian, taraaaa… 11 orang guru SM-3T dari LPTK UR sampai di asrama PPG Unsyiah Universitas Syiah Kuala) dan ketemu orang-orang Aceh yang baik banget. Kayaknya adem rasanya tinggal disini. Semangat menimba ilmu di tanah rencong yah.
Pada awal tiba kami di Kampus Unsyiah, kami pun disambut dan disuguhi oleh adik-adik di kampus ini dengan makan khas Aceh. Tape Ubi Manis. Iya sih, rasanya memang manis, semanis adik yang ngasi makan khas ini :D Terus kami pun di antar ke asrama PPG.
Sebelum saya sampai di provinsi ini, yang terfikir oleh saya tentang Aceh adalah suasana daerahnya yang islami banget. Karena Aceh dianggap sebagai tempat dimulainya penyebaran Islam di Indonesia dan memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Pada awal abad ke 17, Kesultanan Aceh merupakan negara terkaya, terkuat, dan termakmur di kawasan Selat Malaka. Sejarah Aceh diwarnai oleh kebebasan politik dan penolakan keras terhadap kendali orang asing, termasuk bekas penjajah Belanda dan pemerintah Indonesia. Jika dibandingkan dengan dengan provinsi lainnya, provinsi ini merupakan wilayah yang sangat konservatif (menjunjung tinggi nilai agama). Persentase penduduk Muslimnya adalah yang tertinggi di Indonesia dan mereka hidup sesuai syariah Islam. Berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri karena alasan sejarah.
Jadi, Alhamdulillah, sekarang saya hidup dilingkungan yang islami selama 1 tahun. Berbanding terbalik dengan lingkungan tempat tinggal tahun kemaren, di Nusa Tenggara Timur, yang lingkungannya mayoritas Kristen. Tahun kemaren saya tinggal di ujung Indonesia bagian timur dan sekarang saya tinggal di ujung Indonesia barat. Super sekali!!!
Oke deh, semoga kami berjaya menimba ilmu di tanah Aceh! Amin.
( Sultan Syarif Kasim II International Airport, Pekanbaru ) |
Hari selasa 15/3 kemaren, dengan tidak sabarnya saya dari rumah di Panam menuju bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru. Dikarenakan gak ada teman dan junior yang bisa ngantar saya ke bandara, karena sibuk dengan jadwal kuliah masing-masing, jadi saya naik taksi aja ke bandaranya. Tariff Rp. 73.500,-
( Ongkos dari Pekanbaru ke Aceh sekitar Rp. 585.000,- yang dibooking 1 minggu sebelum keberangkatan. ) |
Sampai bandara langsung check-in. Naik Citilink. Sekitar 4 jam kemudian, taraaaa… 11 orang guru SM-3T dari LPTK UR sampai di asrama PPG Unsyiah Universitas Syiah Kuala) dan ketemu orang-orang Aceh yang baik banget. Kayaknya adem rasanya tinggal disini. Semangat menimba ilmu di tanah rencong yah.
( Asrama PPG-SM-3T Unsyiah ) |
Pada awal tiba kami di Kampus Unsyiah, kami pun disambut dan disuguhi oleh adik-adik di kampus ini dengan makan khas Aceh. Tape Ubi Manis. Iya sih, rasanya memang manis, semanis adik yang ngasi makan khas ini :D Terus kami pun di antar ke asrama PPG.
( Katanya tape ubi manis ini adalah makanan khas Aceh ) |
Sebelum saya sampai di provinsi ini, yang terfikir oleh saya tentang Aceh adalah suasana daerahnya yang islami banget. Karena Aceh dianggap sebagai tempat dimulainya penyebaran Islam di Indonesia dan memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Pada awal abad ke 17, Kesultanan Aceh merupakan negara terkaya, terkuat, dan termakmur di kawasan Selat Malaka. Sejarah Aceh diwarnai oleh kebebasan politik dan penolakan keras terhadap kendali orang asing, termasuk bekas penjajah Belanda dan pemerintah Indonesia. Jika dibandingkan dengan dengan provinsi lainnya, provinsi ini merupakan wilayah yang sangat konservatif (menjunjung tinggi nilai agama). Persentase penduduk Muslimnya adalah yang tertinggi di Indonesia dan mereka hidup sesuai syariah Islam. Berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri karena alasan sejarah.
( Bandara Udara Internasional Sultan Iskandar Muda, Aceh ) |
Jadi, Alhamdulillah, sekarang saya hidup dilingkungan yang islami selama 1 tahun. Berbanding terbalik dengan lingkungan tempat tinggal tahun kemaren, di Nusa Tenggara Timur, yang lingkungannya mayoritas Kristen. Tahun kemaren saya tinggal di ujung Indonesia bagian timur dan sekarang saya tinggal di ujung Indonesia barat. Super sekali!!!
Oke deh, semoga kami berjaya menimba ilmu di tanah Aceh! Amin.
( Kamar Asrama PPG SM-3T Unsyiah, fasilitas lengkap, 2 orang/kamar. ) |
Yuk follow untuk mendapatkan info-info terupdate dari Mirwans.com
2 comments
Selamat datang di Aceh. Semoga betah selama setahun di sini....
Iya... thanks... Saya udah lihat keadaan di tanah Aceh ini. Kayaknya akan betah deh :)