
Nama Mirwan Choky ini
sudah melekat sejak saya SMA. Saat SMA, hampir semua geng SMA saya memiliki
nickname masing-masing. Nama panggilan yang keren. Dan saya pikir saya juga harus
memiliki nickname. Harus memiliki nama yang berbeda dari nama asli. Harus memiliki
nama panggilan yang keren seperti teman-teman saya. Memang masa-masa SMA itu
adalah masa-masa labil, suka mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-teman, suka
mengikuti perkembangan situasi dan keadaan lingkungan, khususnya lingkungan
disekolah.
Saat itu, lagi boomingnya
memiliki nickname yang keren. Akhirnya saya menggunakan nama “Choky” sebagai
nama panggilan saya. Entah kenapa saya memilih nama ini pada waktu itu. Yang jelas
apa yang saya pikirkan saat itu, Choky adalah sebuah nama yang sangat keren. Dan
bukan karena Choky Si Tohang, si
presenter terkenal itu. Nama Choky ini tidaklah terinspirasi dari dia. Dan pada
saat itu saya juga tidak tahu bahwa Choky itu adalah nama khas orang Batak.
Saya menyadari bahwa Choky itu nama khas orang Batak pada waktu saya kuliah S1
dulu.
Sejak saat itu, tanpa
acara akikah lagi, tanpa potong kambing lagi, tanpa persetujuan orang tua saya
lagi, saya pun mulai menulis nama saya dengan menambahkan Choky setelah nama
asli saya, menjadi Mirwan Choky. Dari dulu sampai sekarang, jika ada teman
baru, saya pasti akan memperkenalkan diri saya “Hello! My name is Mirwan. You can
call me Choky.” Dan bagaimana reaksi pertama mereka setelah mengengetahui nama
asli saya beda dengan nama panggilan? Ya, mereka ketawa dan merasa heran. Termasuk
juga dosen. Saya sudah hafal tentang hal ini. Setiap kali saya memperkenalkan
nama saya, mereka akan merasa heran dan ketawa karena berfikir kenapa nama
panggilan saya tidak ada sangkut pautnya dengan nama asli. “Where is it from?”
Mirwan kok jadi Choky. Kenapa tidak “Mir” atau “Wan”.
Dalam lingkungan keluarga,
saya memang dipanggil dengan nama “Iwan” atau “Wan”, bukan “Choky”. Mulai dari
kedua orang tua saya, kakak dan abang saya, dan juga adik-adik saya, memanggil
dengan Iwan. Begitu juga dengan sepupu, paman, bibi dan keponaan saya. Mereka tidak
kenal dengan nama Choky. Hanya dilingkungan teman-teman dan orang luar yang
baru kenal saya, memanggil dengan nama Choky.
Saat ini, sebenarnya saya
tidak begitu memikirkan teman-teman mau memanggil saya dengan nama apa, Mirwan
atau Choky. Terserah aja. Nah, apa yang saya rasakan saat orang-orang memanggil
saya dengan nama Mirwan atau Choky? Bila orang-orang memanggil saya dengan nama Mirwan,
saya merasa situasi dan keadaan menjadi formal. Tidak ada rasa unsur
persahabatan (bukan berarti tidak berteman ya), tidak ada unsur candaan. Pokoknya situasi seperti kaku, tidak
merasa dekat, seperti orang yang baru kenal dan hanya sebatas kenal. Walaupun
mereka sudah lama kenal. Meskpun keadaan yang sebenarnya tidak seperti itu, tapi hanya itulah yang saya rasakan dalam diri saya sendiri. Berbeda dengan Choky. Bila orang-orang memanggil saya dengan nama
Choky, situasi menjadi santai, terasa bersahabat, terasa sangat dekat walaupun
baru kenal.
Sebenarnya saya tida
terlalu mengharapkan orang-orang memanggil saya dengan nama “Mirwan” saja atau “Choky”
saja. Terserah mau pilih yang mana. “Mirwan”
is okay. “Choky” pun I welcome. Yang penting orang-orang tidak memanggil saya
dengan panggilan yang tidak baik.
By me, Mirwan Choky
Yuk follow untuk mendapatkan info-info terupdate dari Mirwans.com