
Sampah kantong plastik ini dihasilkan setiap hari yang dibuang begitu saja. Apakah kita pernah berfikir kemana sampah-sampah kantong plastik itu bermuara? Bisa diperkirakan per satu orang itu ada sekitar 700 kantong plastik digunakan setiap tahunnya. Coba dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan data dari Katadata.co.id, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 adalah 267 juta jiwa. Jumlah penduduk yang produktif ada sekitar 68,7% dari total populasi. Bayangkan saja, jumlah penduduk produktif, 68,7% atau 183,36 juta jiwa, menghasilkan 700 sampah kantong plastik per orangnya tiap tahun, kira-kira berapa banyak sampah kantong plastik yang dihasilkan oleh penduduk Indonesia per tahunnya? Berdasarkan riset yang dilakukan Universitas Georgia pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat kedua sebagai penghasil sampah plastik terbanyak di dunia, yakni sebanyak 5,4 juta ton per tahun. Sebuah angka yang mengerikan.
Ini baru hanya jumlah penduduk Indonesia. Bagaimana kalau dikalikan dengan jumlah penduduk dunia? Ibu Amanda Katili Niode pernah bilang diacara Forest Talk with Blogger Pekanbaru di Grand Zuri Hotel pada 21 Juli 2019 kemaren bahwa setiap tahun ada sekitar 1.000.000.000.000 (1 triliun) kantong plastik sekali pakai digunakan di seluruh dunia. Ini jumlah yang fantastis bukan? Kira-kira, pada akhirnya kemanakah sampah-sampah kantong plastik itu bermuara?


Akibat dari penggunaan kantong plastik sekali pakai yang berlebihan ini adalah adanya penumpukan sampah kantong plastik yang tentunya bisa mengancam kesehatan dan keseimbangan lingkungan, tidak hanya daratan, bahkan telah merusak ekosistem laut. Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita adanya ikan paus mati dengan kondisi mengenaskan karena di perutnya ditemukan sampah 80 tas plastik. Terus, ada lagi berita bahwa adanya ikan paus jenis sperm whale yang ditemukan mati karena terdapat 5,9 kilogram sampah plastik yang ditemukan didalam perut ikan paus sepanjang 9,5 meter tersebut.
Mirwaners! Sampah kantong plastik itu memerlukan puluhan sampai ratusan tahun untuk bisa terurai secara alami, dan sayangnya, produksi sampah plastik tidak mudah dihentikan karena adanya kebutuhan manusia. Tapi, tidak mudah dihentikan bukan berarti tidak bisa dihentikan sama sekali. Sangat mungkin untuk dikurangi terutama dengan mengubah kebiasaan kecil di rumah, di kampus, atau di Café, salah satunya yaitu seperti mengganti sedotan minuman berbahan plastik dengan yang berbahan steel atau paper.
Selain itu, ada berbagai macam cara lain lagi untuk mengubah kebiasaan kecil agar bisa mengurangi produksi sampah plastik, seperti membuat barang keperluan sehari-hari dengan bahan alami seperti yang dibuat oleh penduduk Desa batu Gajah di Kabupaten Kampar.
Jadi ceritanya, kemaren aku ikut acara Forest Talk with Blogger Pekanbaru yang diselenggarakan oleh Yayasan Doktor Sjahrir dan Climate Reality Indonesia. Dan kita melakukan field trip ke salah satu Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yaitu Desa Batu Gajah di Kabupaten Kampar, Riau. Acara ini diikuti oleh seluruh peserta, tim panitia dan pihak dari APP Sinar Mas.
Sebelum melakukan field trip, kita mengadakan talkshow terlebih dahulu di Grand Zuri Hotel Pekanbaru dengan tema Pengolahan Hutan Lestari dan Laskap, Perubahan Iklim, dan Desa Peduli Api. Talkshow ini menghadirkan beberapa pembicara seperti Dr. Atiek Widayati (Tropenbos Indonesia), Dr. Amanda Katili (Manager Climate Reality Indonesia), Murni Titi Resdiana, MBA (Utusan Khusus Presiden Bidang Pengendalian Perubahan Iklim), dan Tahan Manurung (Asia Pulp and Paper) dan dimoderatori oleh Amril Taufik Gobel.
Salah satu yang menarik perhatian di acara Talkshow tersebut adalah terdapatnya beberapa booth pameran produk kreatif berbasis kayu contohnya kerajinan tangan dari rotan dan bambu. Tidak hanya itu, ada juga produk kain yang menggunakan pewarna alam. Produk-produk ini tentunya menjadi mind-blowing bagi kami sebegai peserta di acara tersebut bahwa dengan bahan alami, kita bisa membuat berbagai macam produk kreatifitas yang tentunya kalau dikembangkan lagi akan bisa menggantikan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian setelah acara Talkshow, kita langsung terjun ke lapangan, yaitu di Desa Batu Gajah Kabuapten Kampar, untuk acara demo masak, tanya jawab dan tujuan utamanya adalah untuk bertemu dan berinteraksi dengan masyarakat lestari DMPA (Desa Makmur Peduli Api). DMPA merupakan salah satu perwujudan dari Kebijakan Konservasi Hutan (FCP) APP Sinar Mas. Dalam hal ini, APP Sinar Mas melibatkan masyarakat adat dan lokal untuk menyelesaikan konflik sosial dan juga pemberdayaan masyarakat sekitar hutan secara sosial-ekonomi.
Menariknya, saat dilapangan, kita menemukan penduduk setempat memang sudah mulai mengurangi penggunaan plastik. Mereka sudah mengganti beberapa alat rumah dengan bahan alami dari pohon seperti tudung saji, cat pewarna, dan kerajinan tangan lainnya yang tentunya bisa menggantikan penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-sehari mereka.
Nah, mereka sudah mulai mengurangi penggunaan plastik. Bagaimana dengan kita? Mari kita pikirkan bersama. Sudah berbuatkah kita atau sudah cukup pedulikah kita untuk mendukung pengurangan sampah plastik dengan cara-cara yang kreatif.

Yuk follow untuk mendapatkan info-info terupdate dari Mirwans.com
5 comments
menarik memang perlu kurangkan sampah
Mulai dari kebiasaan kecil yaaaa
Indonesia emang negara darurat sampah plastik banget. jadi hidup bebas sampah plastik seharusnya jadi prioritas pemerintah untuk mengkampanyekan dan mengedukasi masyarakat. Selamatkan bumi kita!
Iya nih, sampah plastik memang harus bisa segera ditanggulangi, serem soalnya kalo ndak..
Aku padamu lah brooo...
Pokoknya thanks so much tuk foto2 selama di sana.