1. Gunakan Metode Socrates: Ajukan Pertanyaan Balik yang Menggali Daripada langsung menyanggah, ajukan serangkaian pertanyaan yang membuat mereka mempertimbangkan sendiri pernyataannya. Contoh: "Menarik sekali pendapatmu. Bisa jelaskan lebih dalam bagaimana kamu sampai pada kesimpulan itu?" atau "Apa saja data atau contoh yang mendukung argumen tersebut?" Pertanyaan ini memaksa mereka untuk berpikir lebih keras dan seringkali justru menunjukkan kelemahan argumen mereka sendiri.
2. Anggap Sebagai Format Debat, Bukan Pertengkaran Ubah mindsetmu. Ini bukanlah personal attack, tapi sekadar pertukaran ide. Dengan bersikap tenang dan objektif layaknya seorang debater, kamu terlihat lebih profesional. Katakan, "Saya menghargai sudut pandangmu. Namun, dari perspektif yang berbeda, faktanya menunjukkan..." Cara ini membuatmu tidak terlihat emosional dan justru membuat lawan yang emosional terlihat kekanak-kanakan.
3. Validasi Sebagian, Lalu Tunjukkan Celahnya Teknik ini sangat ampuh untuk melucuti senjata lawan. Mulailah dengan mengakui sebagian kecil dari yang mereka katakan yang memang benar, lalu lanjutkan dengan sanggahan yang logis. Contoh: "Kamu benar sekali bahwa efisiensi itu penting. Karena itu penting juga untuk mempertimbangkan bahwa efisiensi butuh waktu dan perencanaan yang matang, bukan dilakukan secara terburu-buru." Lawan akan bingung karena merasa diakui tetapi argumen utuhnya justru dibantah.
4. Bawa ke Tingkat yang Lebih Abstrak atau Prinsip Dasar Jika lawan terjebak pada detail kecil, angkat pembicaraan ke level prinsip yang lebih tinggi dan umum disetujui. Misalnya, jika debat tentang aturan kecil, tanyakan, "Prinsip dasar apa yang sebenarnya ingin kita capai dari aturan ini? Apakah prinsip keadilan atau sekadar kepatuhan buta?" Ini menunjukkan kamu berpikir visioner dan tidak terpancing percekcokan remeh.
5. Gunakan Analogi yang Relate dengan Kehidupan Sehari-hari Analogi membuat penjelasanmu mudah dipahami dan seringkali menyiratkan kekonyolan dari argumen lawan tanpa kamu katakan secara langsung. Misal, lawan bicaramu meremehkan pekerjaanmu yang dianggapnya mudah. Kamu bisa bilang, "Membuat kopi yang enak juga terlihat mudah, tapi butuh pengetahuan tentang biji kopi, suhu air, dan teknik seduh yang tepat. Sama seperti pekerjaan saya, yang terlihat sederhana di permukaan."
6. Biarkan Diam Melakukan Pekerjaannya Setelah kamu memberikan respon yang logis dan tenang, jangan ragu untuk membiarkan suasana hening sejenak. Tatap lawan bicaramu dengan sopan. Diam adalah alat yang powerful karena memberikan ruang bagi argumenmu untuk dicerna oleh semua orang yang hadir, sekaligus membuat lawan merasa tidak nyaman karena responnya tidak ditanggapi dengan emosi.
7. Alihkan dengan Humor yang Cerdas dan Subtil Bukan humor yang menyerang pribadi, tapi humor yang menyoroti absurditas situasi atau argumen. Contoh: Ketika seseorang terus memotong pembicaraanmu, kamu bisa katakan dengan santai, "Wah, sepertinya kita perlu sistem antrian untuk berbicara nih." Kalimat itu cukup untuk membuatnya sadar tanpa merasa dihina di depan umum.
8. Akui Kesalahan Kecil yang Tidak Penting Ini adalah jurus bela diri verbal yang sangat elegan. Dengan mengakui kesalahan kecil atau ketidaktahuan pada hal yang sepele, kamu mencabut niat lawan untuk menjatuhkanmu. Contoh: "Kamu benar, saya salah menyebut tahunnya. Itu memang keliru. Namun, poin inti yang saya sampaikan tentang tren data selama 5 tahun terakhir masih sangat valid." Ini menunjukkan kamu rendah hati dan fokus pada substansi, bukan detail sepele.
9. Gunakan Bahasa Tubuh yang Tetap Terbuka dan Santai Jangan lipat tangan, jangan menyilangkan kaki, dan jangan menatap dengan mata melotot. Bahasa tubuh yang santai dan terbuka justru mengirimkan pesan bahwa kamu percaya diri dan tidak terancam oleh omongan lawan. Senyum kecil sekali-sekali juga bisa menunjukkan bahwa kamu menguasai situasi dan tidak merasa direndahkan.
10. Akhiri dengan Kesimpulan yang Mengangkat Nilai Positif Jangan biarkan percakapan berakhir dengan kesan negatif. Setelah debat usai, akhiri dengan kalimat yang meninggikan nilai. Seperti: "Terima kasih sudah berdiskusi, saya jadi dapat perspektif baru." atau "Walaupun kita berbeda pendapat, saya yakin tujuan kita sama, yaitu mencari solusi terbaik." Kalimat penutup seperti ini membuatmu selalu berada di posisi yang lebih tinggi.
Sumber :
https://www.facebook.com/filsufsejati/posts/pfbid02b76HXarxhYvmoWcrwzgg2WzGwruSn9XinHTpVhguSZFxHq9ydBWe7UptyjFUqQt9l