s

Beberapa menit kemudian, aku sampai di teater dan berjalan masuk menuju tempat duduk yang luas dan nyaman. Ku lihat dinding-dinding di dekat panggung diplester dengan cetakan artistik dari situs-situs lokal yang ikonik, dari Masjid Tanjung Kling hingga Famosa dan banyak lagi. Terus, ada juga sebuah mural yang dilukis dengan tangan berada di atas panggung, terlihat seperti melindungi rumah kampung di latar belakang. Saat itu, aku duduk sebrisan bersama teman-teman Blogger Pekanbaru. Tapi sayang, kami tidak diizinkan untuk merekam pertunjukan tersebut dalam bentuk video. Tapi kami hanya diperboleh mengambil gambar.
Berdasarkan apa yang ku baca dari optionstheedge.com, ternyata pertunjukan ini terinspirasi dari novelis Tiongkok Lao She Teahouse dan juga penulis naskah drama Amerika Thornton Wilder's Our Town, pertunjukkan teater musikal multi-bahasa ini tidak dijadikan seperti pertunjukan audio-visual dan akrobatik berteknologi tinggi, hal ini dikarenakan supaya penonton lebih mengalami pengalaman yang lebih "lo-fi" yang memiliki nuansa pertunjukan komunitas lokal dari teater ini. Tapi bukan berarti kualitas produksinya kurang, buktinya ada scene hujan nya yang terbukti sangat mengesankan.

Nah, jadi saat aku mulai nonton acara ini, aku menyaksikan dialog antara tiga anak sekolah tentang mimpi mereka, kakek mereka dan Melaka, sambil diiringi dengan efek musik emotif yang membuat aku sebagai penonton benar-benar merasakan jalan cerita kehidupan tentang tiga orang - Lak, Melia dan Kashvi yang tinggal di Kampung Chetti. Bersama-sama, ketiga orang itu membentuk Melaka. Setiap orang itu adalah representasi dari setiap orang Melaka, yaitu simbol dari kisah setiap putra dan putri dari daerah-daerah di Melaka.
Detik-detik di akhir cerita, orang tersebut bernyanyi bersama sambil senyum. Mereka menyanyikan lagu San Lun Che (A Trishaw), Lenggang Kangkung dan Bangun Pagi. Nah, saat di frase Hokkien Lak, aku dan penonton pada ketawa semua. Lagu-lagunya catchy semua, apalagi yang ada “Alamak” nya. Kata “Alamak” ini masih melekat lho di kepala ku sampai kini.
Para pemainnya, ya meskipun bukan profesional, tapi sangat kompeten dan terlatih dengan baik. Setelah menonton pertunjukan ini, aku dapat mengambil kesimpulan bahwa pertunjukan Rasa Melaka ini tidak dirancang untuk menghibur dan mendidik pengunjung dengan membawa penduduk setempat dalam perjalanan nostalgia. Semoga suatu hari nanti aku bisa kembali menyaksikan pertunjukan ini lagi.
Para pemainnya, ya meskipun bukan profesional, tapi sangat kompeten dan terlatih dengan baik. Setelah menonton pertunjukan ini, aku dapat mengambil kesimpulan bahwa pertunjukan Rasa Melaka ini tidak dirancang untuk menghibur dan mendidik pengunjung dengan membawa penduduk setempat dalam perjalanan nostalgia. Semoga suatu hari nanti aku bisa kembali menyaksikan pertunjukan ini lagi.

Yuk follow untuk mendapatkan info-info terupdate dari Mirwans.com
5 comments
Sukses selalu kawan. Salam dri blogger indonesia
wah senang bisa liat teatrikal musik gitu
suka sama cerita dan musiknya
sayang orang indonesia sedang dibanned masuk malaysia karena covid huhu
Anak-anak saya juga suka musikal tersebut..
thx for info kak